Petik Laut Grajagan

Petik Laut Grajagan - Petik Laut adalah upacara adat yang setiap tahunnya wajib untuk dilaksanakan oleh semua masyarakat Grajagan. Upacara ini di lakukan dengan cara menaruh kepala kambing, sapi, kerbau atau yang disebut dengan “sesajen” yang ditaruh pada sampan kecil yang telah dihiasai dan di hanyutkan pada pintu keluar masuk yang di sebut “Plawangan” (spot keluar masuknya nelayan saat melaut). Upacara ini di laksanakan pada 1 (satu) suro (Penanggalan Jawa). Upacara ini dilaksanakan sebagai ucap syukur dan keselamatan masyarakat setempat terhadap Tuhan yang Maha Esa.

Petik Laut Grajagan
Sebelum upacara pelepasan sesajen di laksanakan, biasanya semua nelayan di desa Grajagan di sibukkan dengan kegiatan menghias jukung (sampan kecil khas grajagan) mereka untuk mengiringi pelepasan sesajen esok harinya.

Pada esok harinya, semua nelayan sudah bersiap-siap dan berkumpul di laut Tempat Pelelangan Ikan Grajagan (TPI Grajagan). Ada yang masih sibuk menghias jukung-jukung mereka, ada juga yang sibuk mempersiapkan bahan bakar, dan ada juga yang sudah bersantai diatas jukung mereka masing-masing.

Dan pada saat upacara pelepasan sesajen di mulai, Biasanya sebelum penghanyutan sesajen di lakukan para tokoh masyarakat harus melewati prosesi pengguntingan pita. Grub Drum Band Grajagan pun mulai memainkan alat musik mereka dan upacara yang unik pun akan segera dimulai.

Setelah itu masyarakat nelayan yang sudah bersiap-siap pun segera menghidupkan mesin jukung mereka. Dan masyarakat setempat pun segera masuk kedalam air dan menuju ke jukung yang hendak mereka tumpangi.

Sesajen pun segera dinaikkan pada speedboat yang telah disediakan. Biasanya speedboat yang membawa sesajen berangkat terlebih dahulu dan kemudian diikuti oleh jukung-jukung nelayan dibelakangnya. Dan bendera jukung nelayan pun berkibar.

Sesampainya di Plawangan, masyarakat pun berhenti menghitari speedboat yang membawa sesajen. Pada saat pelepasan sesajen akan dilaksanakan, sepanjat doa telah di antarkan oleh tokoh adat kepada Tuhan yang Maha Esa.

Dan setelah upacara pelepasan sesajen selesai, masyarakat yang berada ditengah laut dan yang berada didarat pun bersorak ria dan mengharapkan keinginan mereka terkabulkan.

Selain itu ada kepercayaan unik masyarakat nelayan di desa Grajagan. Yaitu jika sesajen kembali kebibir pantai setelah upacara, menandakan sesajen tidak diterima oleh penjaga laut selatan. Dan jika sesajen tersebut tidak kembali kepantai, menandakan bahwa sesajen telah diterima. Itulah kepercayaan unik masyarakat Grajagan yang masih di pegang teguh oleh mereka.

Setelah upacara pelepasan sesajen telah selesai dilaksanakan, ada upacara adat lainnya. Yaitu beberapa anak remaja yang telah di dandani dengan pakaian adat melingkar di pinggir pantai . Dan tokoh adat pun menaburkan beras kuning di atas kepala mereka sambil memanjatkan doa-doa.

Pada malam harinya, biasanya desa Grajagan mengadakan hiburan-hiburan rakyat seperti wayang, janger, orkesta, pengajian, pasar malam. Dan biasanya hiburan-hiburan rakyat tersebut dilaksanakan selama seminggu berturut-turut.

Pagelaran Wayang dilaksanakan di TPI, Janger dilaksanakan di TPI, Orkesta dilaksanakan di Pantai Grajagan, Pengajian dilaksanakan di TPI setelah pertujukan wayang dan janger, Pasar Malam dilaksanakan di Lapangan Grajagan dan dilaksanakan berturut-turut selama seminggu.

Grajagan memang desa yang sangat kental akan budaya. Dibuktikan dengan adanya upacara adat seperti Petik Laut Grajagan ini. Bahkan banyak masyarakat luar desa yang datang berbondong-bondong hanya ikut meramaikan upacara sakral tersebut. Jadi untuk Anda yang tertarik untuk melihat bagaimana ramainya upacara Petik Laut, Anda dapat datang langsung di desa Grajagan. Untuk Anda ketahui bahwa upacara ini terbuka untuk semua pengunjung.

Jadi, silahkan kunjungi Grajagan pada 1 (satu) suro dan nikmati upacara-upacara yang unik seperti Petik Laut Grajagan bersama keluarga Anda.